Tulisan dari ‘Sukma Tahu Kapan Raganya Akan Mati’ Kategori
Sukma Tahu Kapan Raganya Akan Mati
Secuil kisah yang terjadi pada
tanggal 22 April 2010. Tujuan deskriptif di sini jauh dari maksud untuk
iklan, adigang adigung, untuk berlagak dan show off. Tidak sama
sekali. Saya hanya berusaha mengambil hikmah pelajaran di balik semua
peristiwa, agar supaya dapat dijadikan suatu pengetahuan, minimal untuk
diri pribadi. Bukankah tuhan selalu membuat pelajaran dalam setiap
fenomena dan gejala besar maupun kecil sepanjang waktu. Seluruh yang ada
(being) maupun kejadian dalam jagad raya ini selalu tergelar
“ayat-ayat” sang Kausa Prima. Semua itu menjadi tugas setiap orang untuk
mempelajari agar dapat menjalani hidup lebih sesuai dengan rumus-rumus
yang tercantum dalam diktat tuhan. Menjadi manusia bijak dan arif,
sinergis, harmonis dengan hukum alam, supaya menjadi mudah meraih
kemuliaan.
Selebihnya saya ingin share
kepada para pembaca yang budiman dan para sedulur NKRI semua tanpa
pandang bulu maupun pilih kasih, sebagai wujud persembahan saya, serta
sikap welas asih tanpa pamrih yang selalu saya coba sekuatnya
untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Siapa tahu kisah atau
pengalaman pribadi ini ada sedikit manfaat untuk bahan perenungan kita
bersama dalam memahami makna kehidupan yang sejatinya.
Roh Berpamitan
Pada 22 April 2012, waktu itu kurang
lebih jam 15.00 wib saat saya bersama keluarga jalan-jalan dari
Sukabumi, dengan route Cianjur, seterusnya melewati Jl Cugeunang,
Cipanas, kemudian melewati Puncak Pas ke arah Ciawi Bogor, kemudian
jalanan mulai menurun terus. Hari itu sepanjang jalan terjadi hujan
rintik, lalu berkabut tipis di Puncak dan terasa lebih dingin dari
biasanya, pelan-pelan melaju menikmati pemandangan hijau nan indah kebun
teh yang agak disamarkan oleh sapuan kabut tipis. Dan sampailah pada
suatu tempat, tepatnya setelah melewati tugu botol kecap pas tikungan
sebelah kanan jalan arah menuju Jakarta. Pada saat kendaraan melaju
pelan, tepatnya di tikungan kebun teh itu, tiba-tiba samar-samar
“hadirlah” sosok wanita cantik putih bersih usianya terkesan masih
kurang dari setengah abad (tampak lebih muda dari usia sebenarnya).
Waktu itu sambil nyetir saya kurang konsen, sehingga lupa-lupa ingat
siapa gerangan sosok (roh) wanita tersebut kok rasanya pernah melihat
sebelumnya. Rasa-rasanya saya pernah mengenalnya, wajahnya tak asing
bagi saya, tapi siapa namanya saya lupa. Lalu saya membangunkan istri
yang sedang tertidur di samping kemudi. “…lihatlah ada (sukma) yang datang menghampiri kita! Kenalkah dengan dirinya? Isteri saya spontan menjawab,” oh..itu Ibu Ainun Habibie. Saat itu istri saya mengucapkan salam kepadanya lalu bertanya,”ada apa gerangan Ibu datang kemari? Adakah sesuatu yang urgent? Beliau menjawab,” …saya hanya ingin berpamitan denganmu nak, karena saya sudah akan pergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar